Mengunjungi kampung adat masuk ke dalam list destinasi wisata saya saat pergi ke Lombok. Jujur waktu ke Lombok sebenernya saya gak terlalu banyak tahu harus pergi kemana aja, jadinya saya mempercayakan itinerary ke pihak travel agent.
photo by @bennygondrong |
Bayar gak sih kalau mau masuk ke tempat ini?
Sebenernya gak ada yang namanya harus bayar tiket masuk, tapi saran dari orang travel kasih aja tip buat orang lokal yang nantinya guide kita selama keliling kampung. Iya, kita keliling kampung ditemani oleh satu orang lokal dari desa itu, jadi gak cuman liat-liat tapi kita juga dapat penjelasan mengenai seluk beluk kampung tersebut.
Desa ini masih kental dengan budaya Sasak, bangunan rumah masih kuno dengan atap yang katanya dibuat dari alang-alang yang dikeringkan. Btw, kata mereka walaupun hujan gak bakal bocor loh.
( ̄∇ ̄ノノ"パチパチパチ!!
Mata pencaharian utama di desa ini untuk laki-laki adalah bertani dan untuk kaum perempuan biasanya mereka menenun. Pekerjaan menenun ini hanya dilakukan oleh perempuan dan sifatnya wajjib bagi anak perempuan untuk bisa menenun. Rata-rata perempuan di desa ini belajar menenun dari usia 6 tahun dan katanya baru boleh menikah kalau udah bisa menenun.
(* ̄∇ ̄*)エヘヘ
(* ̄∇ ̄*)エヘヘ
Mungkin ini menjadi alasan kenapa kain songket kalau dijual bisa mahal banget karena emang semua prosesnya sangat tradisional. Dimulai dari memintal kapas untuk dijadikan benang, kemudian pewarnaan, baru ke proses tenun itu sendiri. Untuk kain songket ukuran 2 meter biasanya bisa memakan waktu 2 minggu hingga sebulan, tergantung dari tingkat kerumitan motif.
photo by @bennygondrong |
Kami sempet masuk ke salah satu rumah yang waktu itu abis dipel sama cow poop, tapi anehnya gak bau sama sekali. ( ̄Д ̄;)
Katanya fungsi digosokkan dengan kotoran sapi adalah untuk membersihkan debu, menghindari adanya nyamuk dan serangga, serta ada mitos juga untuk melindungi rumah tersebut dari gangguan magis (katanya...).
Jarak antar satu rumah dan lainnya sangat rapat, hanya dipisah dengan jalan setapak. Sepanjang perjalanan memutari kampung pasti banyak yang menawarkan dagangan mereka, dari mulai kain, gelang, hingga kopi. Saya sempat beli kopi hasil panen mereka. Yang sedikit berbeda dengan kopi pada umumnya adalah ada campuran tumbukan beras di dalamnya. Rasanya gak kalah sama kopi tubruk pada umumnya kok, hehe. Satu plastik dijual dengan harga 20 rb (lumayan lah ya).
-- End of journey --
Kamu bisa cek lokasi di map berikut. Dari sini kamu bisa ke destinasi wisata lainnya yang searah yaitu, Bukit Merese dan Tanjung Aan. Cheers!